Seperti yang kita ketahui, bahwa banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat kita terapkan dalam setiap pembelajaran di sekolah dasar. Misalnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD kita bisa menggunakan berbagai macam model pembelajaran seperti Saintifik, Science Environment Technology and Society (SETS), Inquiry, Problem Based Learning (PBL), Cooperative Learning dengan berbagai tipenya, dan banyak lagi.
Namun kali ini kita akan membahas model-model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis yang dikaitkan dengan pembelajaran PKn di sekolah dasar. Bagaimana keterkaitannya? apakah model-model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis cocok dan efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PKn di sekolah dasar?
Ada beberapa model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis yang sangat cocok dan efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, antara lain :
1. Contextual Teaching Learning (CTL)
Model pembelajaran CTL merupakan model pembelajaran kontekstual yang pembelajarannya dikaitkan dengan pengalaman siswa. Dengan menggunakan model CTL siswa belajar dari dunia nyata mereka dan guru mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam penerapan model CTL terdapat kecakapan ekologis.
Kemudian dalam pembelajaran PKn di SD model ini sangat cocok diterapkan, terutama dalam beberapa materi tertentu seperti hak dan kewajiban, pancasila, mematuhi aturan atau tata tertib, toleransi, musyawarah, persatuan dan kesatuan menjadi warga Negara, serta bekerjasama.
Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas IV dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Rismawati di SDK Jononunu Sulawesi Tengah. Pada siklus pertama 64,2% siswa sudah mencapai nilai ketuntasan minimal, pada siklus kedua meningkat 87,5 % siswa sudah mencapai nilai ketuntasan minimal dengan penerapan model CTL dalam pembelajaran PKn.
Contoh: Ketika guru menjelaskan mengenai hak dan kewajiban, siswa tidak akan mudah memahami jika guru tidak memulai dari kehidupan nyata siswa mengenai hak dan kewajibannya. Jika guru hanya menjelaskan bahwa hak warga Negara adalah mematuhi Undang-undang tanpa memberikan contoh nyata kepada siswa, maka siswa tidak akan dengan mudah menyerap informasi dan memahami informasi yang diterimanya.
2. Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok melalui kegiatan penyelidikan. Model PBL dapat membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Masalah yang diberikan oleh guru merupakan masalah yang dipecahkan dari pengetahuan dan keterampilan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi pembelajaran dan keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat diberbagai kondisi kehidupan nyata (berdasarkan pengalaman siswa). Maka dari itu model PBL merupakan salah satu model yang terdapat kecakapan ekologisnya.
Kecakapan ekologis yang terdapat dalam model PBL dapat dikaitkan dengan mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar. Contoh materi PKn yang sesuai dengan model PBL adalah “sikap nasionalisme” (jika dilihat dari kurikurum 2013, ada di KD 3.4. Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk membangun kerukunan hidup). Hal ini dibuktikan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SDN Nanggulan Yogyakarta.
Pada siklus I pertemuan I siswa sangat bersemangat menyanyikan lagu wajib nasional, namun siswa belum terbiasa menggunakan model PBL lebih dari separuh siswa tidak berani mengajukkan pendapat maupun menjawab pertanyaan bahkan siswa tidak menerima teman sekelompoknya ketika dibagi ke dalam kelompok. Pada pertemuan ke-II pembelajaran berlangsung efektif, siswa sudah mulai terbiasa dengan model PBL dan siswa secara aktif mencari informasi di buku pelajaran terkait dengan permasalahan yang diberikan.
Perolehan siklus I aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) yaitu 93,75% atau siswa memiliki penghayatan sikap nasionalisme, aspek afektif (penghayatan sikap nasionalisme) yaitu 90,625% atau 29 siswa memiliki penghayatan sikap nasionalisme, aspek konatif (pelaksanaan sikap nasionalisme) yaitu 93,75% atau 30 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme.
Pada siklus II, proses pembelajaran berlangsung efektif, siswa sangat antusias saat melihat tayangan video mengenai video tentang nasionalisme. Penelitian untuk siklus II aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) yaitu 100% atau 32 siswa memiliki pemahaman sikap nasionalisme, aspek afektif (penghayatan terhadap sikap nasionalisme), aspek konatif (pelaksanaan sikap nasionalisme) yaitu 96,87% atau 31 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yang mencapai 192,844 atau memiliki kriteria baik dan siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme berjumlah 32 siswa atau 100%.
3. Science Environment Technology and Society (SETS)
Science Environment Technology and Society (SETS) atau Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Adapun tujuan dari pendekatan SETS ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambil. Sehingga dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran SETS ini terdapat kecakapan ekologis.
Kemudian dalam pembelajaran PKn di SD model ini sangat cocok diterapkan, terutama dalam beberapa materi tertentu seperti Etika lingkungan meliputi aturan hidup bersama, sopan santun, norma, nilai, moral dan masyarakat.
Contohnya : Ketika guru mengajarkan materi mengenai etika di lingkungan masyarakat, siswa tidak akan mudah untuk memahaminya jika guru tidak memulai dengan mengaitkannya dengan ilmu alam dan teknologi yang ada di kehidupan nyata siswa mengenai etika dilingkungan masyarakat. Jika guru hanya menjelaskan bahwa etika di lingkungan masyarakat seperti moral, nilai, dan norma saja tanpa memberikan contoh dengan mengaitkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan nyata dan teknologi yang berkembang di masyarakat secara nyata maka siswa tidak akan dengan mudah dalam menyerap informasi yang sedang dipelajarinya.
Semoga bermanfaat.
Namun kali ini kita akan membahas model-model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis yang dikaitkan dengan pembelajaran PKn di sekolah dasar. Bagaimana keterkaitannya? apakah model-model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis cocok dan efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PKn di sekolah dasar?
Ada beberapa model pembelajaran berbasis kecakapan ekologis yang sangat cocok dan efektif untuk diterapkan pada pembelajaran PKn di Sekolah Dasar, antara lain :
Keterkaitan Model-model Pembelajaran Berbasis Kecakapan Ekologis dengan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar |
Model pembelajaran CTL merupakan model pembelajaran kontekstual yang pembelajarannya dikaitkan dengan pengalaman siswa. Dengan menggunakan model CTL siswa belajar dari dunia nyata mereka dan guru mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam penerapan model CTL terdapat kecakapan ekologis.
Kemudian dalam pembelajaran PKn di SD model ini sangat cocok diterapkan, terutama dalam beberapa materi tertentu seperti hak dan kewajiban, pancasila, mematuhi aturan atau tata tertib, toleransi, musyawarah, persatuan dan kesatuan menjadi warga Negara, serta bekerjasama.
Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas IV dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Rismawati di SDK Jononunu Sulawesi Tengah. Pada siklus pertama 64,2% siswa sudah mencapai nilai ketuntasan minimal, pada siklus kedua meningkat 87,5 % siswa sudah mencapai nilai ketuntasan minimal dengan penerapan model CTL dalam pembelajaran PKn.
Contoh: Ketika guru menjelaskan mengenai hak dan kewajiban, siswa tidak akan mudah memahami jika guru tidak memulai dari kehidupan nyata siswa mengenai hak dan kewajibannya. Jika guru hanya menjelaskan bahwa hak warga Negara adalah mematuhi Undang-undang tanpa memberikan contoh nyata kepada siswa, maka siswa tidak akan dengan mudah menyerap informasi dan memahami informasi yang diterimanya.
2. Problem Based Learning (PBL)
PBL merupakan model pembelajaran yang menyajikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan baik secara individu maupun kelompok melalui kegiatan penyelidikan. Model PBL dapat membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.
Masalah yang diberikan oleh guru merupakan masalah yang dipecahkan dari pengetahuan dan keterampilan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi pembelajaran dan keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat diberbagai kondisi kehidupan nyata (berdasarkan pengalaman siswa). Maka dari itu model PBL merupakan salah satu model yang terdapat kecakapan ekologisnya.
Kecakapan ekologis yang terdapat dalam model PBL dapat dikaitkan dengan mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar. Contoh materi PKn yang sesuai dengan model PBL adalah “sikap nasionalisme” (jika dilihat dari kurikurum 2013, ada di KD 3.4. Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk membangun kerukunan hidup). Hal ini dibuktikan dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SDN Nanggulan Yogyakarta.
Pada siklus I pertemuan I siswa sangat bersemangat menyanyikan lagu wajib nasional, namun siswa belum terbiasa menggunakan model PBL lebih dari separuh siswa tidak berani mengajukkan pendapat maupun menjawab pertanyaan bahkan siswa tidak menerima teman sekelompoknya ketika dibagi ke dalam kelompok. Pada pertemuan ke-II pembelajaran berlangsung efektif, siswa sudah mulai terbiasa dengan model PBL dan siswa secara aktif mencari informasi di buku pelajaran terkait dengan permasalahan yang diberikan.
Perolehan siklus I aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) yaitu 93,75% atau siswa memiliki penghayatan sikap nasionalisme, aspek afektif (penghayatan sikap nasionalisme) yaitu 90,625% atau 29 siswa memiliki penghayatan sikap nasionalisme, aspek konatif (pelaksanaan sikap nasionalisme) yaitu 93,75% atau 30 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme.
Pada siklus II, proses pembelajaran berlangsung efektif, siswa sangat antusias saat melihat tayangan video mengenai video tentang nasionalisme. Penelitian untuk siklus II aspek kognitif (pemahaman terhadap sikap nasionalisme) yaitu 100% atau 32 siswa memiliki pemahaman sikap nasionalisme, aspek afektif (penghayatan terhadap sikap nasionalisme), aspek konatif (pelaksanaan sikap nasionalisme) yaitu 96,87% atau 31 siswa ada pelaksanaan sikap nasionalisme. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata yang mencapai 192,844 atau memiliki kriteria baik dan siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme berjumlah 32 siswa atau 100%.
3. Science Environment Technology and Society (SETS)
Science Environment Technology and Society (SETS) atau Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Adapun tujuan dari pendekatan SETS ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambil. Sehingga dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran SETS ini terdapat kecakapan ekologis.
Kemudian dalam pembelajaran PKn di SD model ini sangat cocok diterapkan, terutama dalam beberapa materi tertentu seperti Etika lingkungan meliputi aturan hidup bersama, sopan santun, norma, nilai, moral dan masyarakat.
Contohnya : Ketika guru mengajarkan materi mengenai etika di lingkungan masyarakat, siswa tidak akan mudah untuk memahaminya jika guru tidak memulai dengan mengaitkannya dengan ilmu alam dan teknologi yang ada di kehidupan nyata siswa mengenai etika dilingkungan masyarakat. Jika guru hanya menjelaskan bahwa etika di lingkungan masyarakat seperti moral, nilai, dan norma saja tanpa memberikan contoh dengan mengaitkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan nyata dan teknologi yang berkembang di masyarakat secara nyata maka siswa tidak akan dengan mudah dalam menyerap informasi yang sedang dipelajarinya.
Semoga bermanfaat.
Tag :
Pendidikan
0 Komentar untuk "Keterkaitan Model-model Pembelajaran Berbasis Kecakapan Ekologis dengan Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar"
Silakan berkomentar sesuai dengan isi postingan. Berkomentarlah dengan positif dan membangun. Mohon untuk tidak menyertakan link aktif. Terimakasih