Pada umumnya para orangtua berpikir bahwa anak usia dini
sangat mudah menerima dan mengingat sebuah informasi, maka dari itu kebanyakan
orangtua berpikir bahwa pada usia dini anak perlu di sekolahkan agar tumbuh
menjadi anak yang cerdas. Sebagian besar orangtua berpikir bahwa semakin dini
anak di sekolahkan, maka akan semakin berkembang pengetahuannya. Sehingga ada
orangtua yang menyekolahkan anaknya sedini mungkin, bahkan ada orangtua yang memasukan
anaknya pra sekolah pada usia 2-3 tahun.
Nah, sebagai orangtua mari kita bercermin. Apakah ketika akan
menjadi orangtua kita memiliki cukup ilmu dan pengetahuan untuk mendidik
seorang anak? Apakah begitu meyakini bahwa seorang anak harus segera cerdas
sedini mungkin agar kelak ia menjadi sosok manusia yang cerdas?
Betapa kita hanya disiapkan menjadi seorang ahli, tetapi
tidak memiliki bekal yang cukup untuk menjadi orangtua yang mengetahui berbagai
hal untuk mendidik seorang anak, tidak memiliki kesabaran dan endurance untuk
menjadi orangtua.
Rata-rata ilmu yang dimiliki orangtua untuk mendidik anaknya
serba tanggung hingga berujung pada keyakinan yang salah, dan sayangnya
keyakinan yang salah ini bisa berubah menjadi societal false belief (keyakinan
yang salah pada sekelompok orang). Akibatnya false belief menyebabkan adanya
pembenaran karena keputusan bersama yang keliru.
Kemudian, apa solusinya? Kapan seorang anak baik untuk disekolahkan?
Pada tahap anak usia dini, yang berkembang itu adalah pusat
perasaan, sehingga anak usia dini harus menjadi anak yang bahagia, bukan
menjadi anak yang pintar. Pintar itu ada waktunya ya mam!
1. Permaianan terbaik adalah bermain bersama orangtua.
Sebagian orangtua mungkin juga berpikir, “di sekolah kan
bisa belajar sambil bermain?”, “anak juga perlu diajarkan untuk bersosialisasi
dengan beragam orang.” Namun, sebenarnya anak usia dini tidak perlu belajar
bersosialisasi dengan beragam orang. Permainan terbaik adalah bermain bersama
ayah dan bunda.
Cobalah luangkan waktu untuk bermain bersama anak, entah itu
bermain peran, bermain pura-pura, atau mungkin bermain petak umpet. Bermain bersama
orangtua dapat menciptakan kelekatan. Tidak perlu ada mainan instan yang
lengkap, ajak anak untuk berkreativitas dengan benda-benda yang ada di
sekitarnya untuk ia jadikan mainan. Misalnya, membuat mobil-mobilan dari botol
bekas atau mungkin menjadikan panci sebagai topi. Itu lebih baik untuk
meningkatkan kreativitas anak.
2. Menyemai benih kanker. Itulah hal yang dilakukan orangtua
ketika menyekolahkan anak terlalu dini
Menyekolahkan anak terlalu dini sama dengan memaksa otak
anak untuk bekerja lebih keras sebelum waktunya. Kita tidak akan pernah tahu
kapan kanker akan datang menyerang dan dalam bentuk seperti apa. Anak yang
disekolahkan terlalu dini cenderung lebih mudah bosan dan tidak memiliki
motivasi belajar ketika ia menginjak usia remaja maupun menginjak usia dewasa.
Semakin
muda kita menyekolahkan anak, maka akan semaki besar kemungkinan anak mengalami
BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired). Anak yang mengalami BLAST
lebih cenderung dan rentan menjadi korban maupun pelaku bullying, pornografi,
dan kejahatan seksual.
Kapan sebaiknya anak
masuk sekolah?
Usia yang tepat untuk anak memasuki masa sekolah TK A adalah
usia 5 tahun, TK B 6 tahun, dan sekolah dasar adalh 7 tahun. Di bawah usia 5
tahun anak tidak perlu bersekolah.
Tahap perkembangan anak pada usia 0-8 tahun adalah masa anak
untuk bermain dan membentuk kelekatan. Maka dari itu jangan cabut anak-anak
dari dunianya.
Semoga bermanfaat.
Tag :
Inspirasi,
Pendidikan
1 Komentar untuk "Bagaimana Jika Anak Bersekolah Terlalu Dini?"
ternyata ndak boleh atau tidak dianjurkan ya mas untuk menyekolahkan anak terlalu dini, ada resikonya rupanya
Silakan berkomentar sesuai dengan isi postingan. Berkomentarlah dengan positif dan membangun. Mohon untuk tidak menyertakan link aktif. Terimakasih